1. Star Nosed Mole
Tikus berhidung bintang. Begitu ia biasa dikenal. Melansir
pemberitaan Discovery Channel, ternyata spesies unik tikus tanah ini dapat
bernapas di dalam air.
Star-nosed mole memiliki nama latin Condylura cristat. Ia
dapat dijumpai di Amerika Utara di bagian timur Kanada dan utara-timur Amerika
Serikat. Dia mengandalkan hidungnya yang mirip bintang sebab penglihatannya
kurang. Namun, penciumannya bisa menjangkau mangsa sekian mil. Selama ini peneliti
mengetahui ia termasuk dalam perenang yang baik dan dapat mencari makanan di
sepanjang bagian bawah sungai dan kolam.
2. Proboscis Monkey
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah
sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan
merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung
panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung
besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh
seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai
pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet
Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai
75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg.
Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan
mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan
aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini
mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau
Kalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup
dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga
dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke
pulau lain.
Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus
berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan
dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red List. Spesies ini
didaftarkan dalam CITES Appendix I.
3. Tarsier
Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu/Monyet Hantu)
adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan
dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan
memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang
tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka
dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon
lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada
bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang
panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang
memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya
lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan
untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir
tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius dapat memutar hampir 180
derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu. Telinga
mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan
tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa
mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan
kadang-kadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya adalah di
hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau sekitar
Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Tarsius juga dapat ditemukan di
Filipina. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius
lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "balao cengke"
atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.
Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon. Hewan ini menandai
pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius berpindah tempat dengan cara
melompat dari pohon ke pohon. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan dengan
terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat berjalan di atas tanah,
mereka melompat ketika berada di tanah.
4. White Lion
Pernah lihat singa berwarna putih? Ya, ada lho singa putih
itu. Di suaka margasatwa yang terletak di Afrika Selatan terdapat beberapa
singa putih. Singa putih ini merupakan sebuah mutasi yang sangat langka yang
berasala dari Subspesies Panthera leo krugeri. Tapi, jangan salah sangka karena
singa putih bukanlah singa albino! Ternyata warna putih ini dikarenakan oleh
gen resesif yang dikenal sebagai warna chinchilla atau inhibitor. Mutasi dari
gen tersebut akan memberikan warna putih pada singa ( hal serupa ditemukan juga
pada harimau).
Singa putih tidak dapat menyamar dengan baik di habitat asalnya sehingga mudah
terlihat oleh pemburu dan sulit untuk menangkap mangsa karena tidak dapat
berkamuflase dengan baik. Namun keberadaan singa putih dipercaya oleh
masyarakat setempat adalah mukjizat dari sang Illahi dan bahkan dipuja - puja.
Keberadaan singa putih ini menyedot perhatian dunia sekitar tahun 1970 oleh
Chris McBride dalam bukunya "The White Lions Timbavati".Dikarenakan
populasinya yang sangat sedikit, maka singa putih sengaja dibiakkan di suaka
margasatwa.
5. Dumbo Octopus
Gurita dari genus Grimpoteuthis ini, kadang disebut
"Dumbo octopuses". Disebut demikian karena telinga mereka menyerupai
sirip ikan yang menonjol di kepala mereka. Padahal, sebenarnya keseluruhan
kepala adalah badan mereka. Dumbo octopus hidup di kedalaman yang ekstrim.
Menurut para ahli, gurita dumbo bisa tumbuh hingga ukuran 20 cm & umumnya
berwarna pucat atau kemerahan. Mereka tersebar di seluruh perairan, termasuk di
daerah kutub. Umumnya mereka ditemukan di kedalaman antara 100-5000 m, bahkan
sempat ditemukan satu spesies di kedalaman 7000 m, suatu rekor untuk
Cephalopoda. Mereka yg ditemukan di perairan dangkal ini utamanya hidup di
daerah kutub.
Sumber : kaskus.us