Sebuah perusahaan swasta Amerika mengumumkan misi ruang
angkasa untuk memetakan bagian dalam sistem tata surya. Misi ini ingin
membuktikan teori asteroid yang dapat menghantam bumi.
Ini merupakan misi pertama yang didanai oleh swasta, untuk melakukan pemetaan
bagian dalam tata surya. Misi akan berlangsung selama lima setengah tahun, dan
akan diluncurkan pada 2016 atau 2017.
Rencana ambisius ini diselenggarakan oleh B612 Foundation. Nama ini diambil
dari kisah "Little Prince" karya Saint Exupery, yang merupakan
asteroid yang menjadi rumah pangeran kecil tersebut.
Diharapkan, misi akan membuka perbatasan untuk eksplorasi ruang angkasa dan
melindungi kehidupan manusia di bumi. Perlindungan ini berfokus pada pemetaan
puluhan ribu orbit asteroid dekat Bumi dengan diameter minimal 140 meter, yang
bisa menyerang Bumi dengan kekuatan ledakan minimal 100 mega ton TNT.
Ukuran tersebut merupakan 3,5 kali diameter obyek asteroid yang melanda
Tunguska, Siberia pada 1908. Peristiwa ini mencabut 80 juta pohon dan
menghancurkan rumah-rumah dalam ratusan kilometer.
Menurut Yayasan B612, lebih dari 98 persen dari asteroid tersebut tetap tidak
dikenal para astronom. Misi ini bertujuan untuk mengetahui dan melacak lebih
dari 90 persen dari asteroid tersebut.
"Tujuan kami untuk filantropis, yang merupakan upaya
menyelamatkan planet ini ataupun suatu tempat di planet ini dari bencana
besar," ujar Clark Chapman, seorang astronom di Southwest Research
Institute di Boulder, Colorado.
Selamatkan Bumi
Chapman menambahkan bahwa Yayasan juga mencanangkan manfaat lain dari misi ini.
"Tentu saja, kami juga memiliki tujuan ilmiah tambahan, dan pemetaan kami
dari asteroid ini adalah pelopor untuk mengidentifikasi objek yang bisa
ditambang untuk sumber daya ruang angkasa di masa depan. Juga, untuk
mengidentifikasi objek yang dapat dikunjungi oleh astronot sebagai uji coba
sistem yang akhirnya dapat mengirim orang ke Mars," katanya.
Pesawat ruang angkasa yang akan menunaikan misi ini adalah Sentinel. Pesawat ini
akan lepas landas dari NASA Kennedy Space Center di Florida dengan bantuan
dorongan dari roket Falcon 9.
Pesawat ini juga akan membawa teleskop inframerah untuk
memetakan lokasi dan lintasan persimpangan asteroid Bumi."Ini adalah objek
yang sangat gelap. Anda harus melihat dengan inframerah untuk mendeteksi
mereka," jelas Scott Hubbard, profesor aeronautika dan astronautika di
Stanford University dan arsitek program B612.
Ball Aerospace of Colorado, perusahaan pesawat ruang angkasa yang telah
mengembangkan teleskop ruang angkasa Spitzer dan Kepler, merancang teleskop
Sentinel. Instrumen ini akan menampilkan cermin alumunium 50 cm untuk
mengumpulkan sinyal inframerah dengan area pandang yang luas. Gambar akan
direkam oleh sebuah piranti 24 juta piksel dan akan didinginkan sampai -133
derajat celcius.
Kerjasama dengan NASA
Pesawat ini akan mengirimkan data yang terkumpul melalui jaringan ruang angkasa
NASA ke Pusat Operasi Sentinel di Boulder. Pusat operasi ini kemudian akan
menggunakan Minor Planet Center milik NASA di Cambridge, Massachusetts, untuk
meneruskan data ke berbagai lembaga pendidikan dan penelitian maupun
pemerintahan.
Sedangkan Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena,
California, akan melakukan analisis resiko komprehensif tentang informasi yang
ada. Ini untuk menentukan orbit asteroid individu dan menilai ancaman asteroid
bagi Bumi.
Teleskop ini akan memindai seluruh langit pada tengah malam setiap 26 hari
untuk mengidentifikasi setiap objek yang bergerak. Pengamatan berulang pada
satu-persatu steroid akan memungkinkan para astronom untuk menghitung orbitnya
dan memprediksi posisi asteroid secara akurat untuk satu abad atau lebih di
masa depan.
Total biaya misi ini masih harus dihitung. Namun, Chapman berharap dapat
mengumumkannya di akhir tahun. Sementara itu, Hubbard mengatakan yayasan sedang
mencari dana untuk misi ini. "Kami telah memiliki beberapa calon investor
yang telah memberikan dana awal untuk melihat kelayakan dan ukuran teknis
proyek ini," katanya.