Forantia

Tips, Artikel, Berita Terkini

  • Menu
  • Home
  • Berita
    • Indonesia
    • Internasional
  • Artikel
    • TOP 10
    • Humor
    • Motivasi
    • Olahraga
    • Sejarah
    • Tokoh
    • Islam
  • Tips
    • Kesehatan
    • Otomotif
    • Handphone
      • Android
  • Daftar Isi
Home » Kisah » Motivasi » Kisah Tentang Asap Dan Api

Kisah Tentang Asap Dan Api



   Suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai. Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun nasib baik belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak punya bekal makanan.

   Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya. Setiap saat dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayangnya pulau ini terlalu terpencil, hampir tak ada kapal yang mau melewatinya.

   Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap. Lalu untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempatnya beristirahat. Dibuatnya ruman-rumahan sekedar tempat untuk melepas lelah. Disusunnya semua nyiur dengan cermat agar bangunan itu kokoh dan dapat bertahan lama.

   Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga kemudian ia kembali ke gubuknya. Namun ia terkejut, semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap membubung tinggi, dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam. Pria ini berteriak marah, "Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku. Mengapa?... Mengapa?", teriaknya melengking menyesali nasib.

   Tiba-tiba terdengar peluit yang ditiup. Tuittt...tuuitttt. Ternyata ada sebuah kapal yang datang. Kapal itu mendekati pantai, dan turunlah beberapa orang menghampiri pria yang sedang menangisi gubuknya ini. Pria ini kembali terkejut, ia lalu bertanya, "Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada di sini?
Mereka menjawab, "Kami melihat simbol asapmu!!"


Sahabatku, sangat mudah memang bagi kita untuk marah saat musibah itu tiba. Nestapa yang kita terima tampak akan begitu berat saat terjadi dan berulang-ulang. Kita memang bisa memilih untuk marah, mengumpat, dan terus mengeluh. Namun teman, agaknya kita tak boleh kehilangan hati kita. Sebab Tuhan selalu ada pada hati kita walau dalam keadaan yang paling berat sekalipun.
Sahabatku, ingatlah, saat ada "asap dan api" yang membubung dan terbakar dalam hatimu, jangan kecil hati. Jangan sesali semua itu, jangan hilangkan perasaan sabar dalam kalbumu. Sebab, bisa jadi itu semua adalah sebagai tanda dan simbol bagi orang lain untuk datang padamu dan mau menolongmu. Sebab untuk semua hal buruk yang kita pikirkan akan selalu ada jawaban yang menyejukkan dari-Nya. Tuhan Maha Tahu yang terbaik buat kita. Jangan hilangkan harapan itu, dan semua pasti indah pada waktunya.
M Akbar Setiadi
Add Comment
Kisah Motivasi

Share

Like

G+

Tweet

Tweet
Baca Ini Juga
Comments
0 Comments

Show Conversion CodesHide Conversion Codes
Show EmoticonHide Emoticon
Newer Older Home

Facebook

Labels

Android Artikel Berita Handphone Humor Indonesia Internasional Iphone Islam Kesehatan Kisah Motivasi Olahraga Opini Otomotif Penemuan Pengetahuan Politik Sejarah Tips Tokoh TOP 10 Tugas Sekolah Unik
Powered by Blogger.
Klik Salah Satu
.:[Close]:.

Berita Terkini

Terpopuler

  • 8 Komunitas Unik di Indonesia
    1. Komunitas Parkour Indonesia Komunitas Parkour Indonesia resmi berdiri pada 15 Juli 2007, setelah sebelumnya hanya berupa...
  • Apa Alasan Lo?
            Ini adalah opini pertama yang pernah saya buat di dalam blog pribadi, bukan artikel copy-paste.   Masih dibilang pemula untuk me...
  • Pangeran Paling Tampan Dari Berbagai Negara
    1.Pangeran Amedeo of Belgium, Archduke of Austria-Este  Dilansir oleh Ranker.com, pangeran muda yang masih berusia 28 tahun ini ber...

Tips Terkini

Artikel Terkini

Hubungi Kami

forantia@gmail.com
  • Facebook
  • googleplus