Akhir akhir ini tayangan acara tv di Indonesia semakin terpuruk. KPU sekarang dirasa semu keberadaannya. Meskipun masih ada tayangan yang dibilang bermutu, tapi justru di saat jam jam terselubung. Acara hiburan diisi dengan joget joget, acara berita diisi dengan korupsi, kriminalitas, dan hal buruk lainnya. Terlebih lagi, acara tv yang secara khusus ditayangkan untuk anak anak justru di saat jam tidur siang anak anak. Selebihnya, masih dengan gosip, berita dan acara yang tidak jelas.
Dan saya yakin, tidak hanya saya yang mengeluh tentang hal ini. Banyak orang orang yang mengeluh di dunia maya, di media massa. Tak jarang ada orang yang bahkan menghina, mencemooh, mengajak orang lain untuk menuntut. Jengkelnya, acara tv tersebut bukan seharusnya ditutup, malah semakin eksis. Dari situ saya bisa menyimpulkan, bagaimana 'Hukum Pencitraan' di Indonesia.
Tidak cuma acara acara tv, selebriti selebriti Indonesia juga mulai menggunakan hukum pencitraan seperti ini. Contohnya saja seorang lawyer yang berkeinginan menjadi presiden, tapi sifatnya yang sangat sensasional. Semua orang menghina secara buka bukaan. Banyak membuat masalah. Tapi justru makin eksis. Juga para pedangdut di Indonesia yang tidak ada habisnya muncul di gosip gosip.
Namanya Indonesia. Semuanya serba kebalik. Semakin banyak yang mencemooh, semakin banyak orang yang penasaran. Pada akhirnya semakin terkenal.
Terlepas dari itu semua, selera masyarakat di Indonesia juga terbilang aneh. Para penayang agak kesulitan untuk mencari acara tv yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Mereka seperti kapok untuk menayangkan acara acara berkualitas, mencari acara yang bakal banyak ditonton yang sesuai dengan selera masyarakat. Seperti ini akhirnya. Semuanya demi uang.
Misalnya saja, masyarakat Indonesia sangat gemar dan menyukai keributan, keanehan, dan hal hal annoying lainnya. Dampaknya kepada berita berita di tv yang senang memberitakan keributan, kriminalitas, menyudutkan peran pemerintah.
Permasalahannya, semua karena selera atau hukum pencitraan ?
Yang jelas, keduanya berperan untuk meruntuhkan kualitas pertelevisian di Indonesia. Kita sebagai para penikmat, harus pandai memilah mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Kalau tidak pantas? matikan saja tv nya lalu baca buku, olahraga atau aktifitas penting lainnya. Kita juga harus pandai bergengsi untuk masalah selera. Apapun itu, yang penting semua demi pertelevisian Indonesia.
-terima kasih-